popcash

POPADS

close
--> />

Sabtu, 12 November 2016

MENGENASKAN GADIS DI PERKOSA DI GUDANG SEKOLAH






Amanda gadis yang cantik berumur 17 tahun. Wajahnya manis dan mengenakan kacamata dengan bingkai hitam. Kacamatanya menambah kesan manis di wajahnya. Orang Jepang menyebut "Megane". Rambut panjang sebahu serta bodi yang aduhai cukup memanjakan mata. Seragam sekolah di era 2005 yang ia kenakan terlihat seksi. Kemeja putih ketat, rok abu2 pendek di atas lutut serta kaos kaki panjang menutup betis serta sepatu kets.


Gadis itu duduk di bangku paling depan. Ia mencatat apa yg diterangkan oleh gurunya di papan tulis. Wajah innocent-nya tampak sayu. Ada suatu hal yang sedang dia pikirkan sepertinya.

"Amanda" panggil Pak Guru

Gadis itu masih tak terbangun dari lamunannya.

"Amanda!" Seru Pak Guru

"I... iya Pak" jawab gadis itu terbata

Pak Guru hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan siswinya. Amanda tidak menyimak pelajaran entah apa yang ada di benaknya.Gadis itu hanya bisa termenung di jam istirahat.

"Manda. ada apa sih?" tanya teman sebangkunya

"Enggak. Nggak ada apa-apa kok" jawabnya dengan senyuman layu

Satu hal yang ada di pikirannya hanyalah buku harian itu.Sebuah pesan menghubungi lewat handphonenya. Pesan yang membuat hatinya berubah.

"Buku gue..." kata dia

Gadis imut itu cukup berprestasi di sekolah. Waktu kelas satu kemarin dia rangking satu. Sayangnya dia gadis yang dingin dengan sekitarnya. Dia tampak seperti kutu buku namun paras ayunya masih muncul dalam auranya. Sifat pendiam dan menjauhi pergaulan sosial menjadikan dia pribadi yang berbeda... Sungguh berbeda.

Semua tentang dia ada dalam buku dairy itu. Sayangnya Buku itu hilang entah kemana. Apakah buku itu terjatuh atau dicuri. Separuh dari apa yang terlihat pada dirinya ada di sana.Dering pesan itu menandakan berhentinya kecemasan dirinya.

"14.00 di gudang belakang sekolah" isi pesan itu

Setidaknya lamunan gadis itu mulai pudar.Sesuai apa yang ada dalam pesan tersebut. Gadis itu datang ke gudang belakang sekolah.Langkahnya lemah gemulai dengan keindahan paha di atas lutut di balik minimnya rok abu-abu yang ia kenakan. Dadanya membusung, dengan dua buah dada yang masih terbalut dengan kemeja berlambangkan "osis".

Gadis itu pun tiba.

"Krieek" pintu terbuka

Gadis itu menoleh ke kanan kiri ke sudut ruangan.Tak ada seorang pun.

"Halo" sapa gadis itu

Sunyi sepi dan gelap.

"Krieeek... Jeglak" Pintu pun terkunci

Tiba-tiba sekelompok siswa laki-laki memasuki ruangan tersebut. Wajah mereka tidak terlihat asing.

"Halo manis" sapa mereka

Gadis itu merasakan tanda hal yang kurang bagus. Raut wajahnya mulai suram.

Para pemuda itu pun mulai mengelilingi gadis itu seraya menatap tubuh gadis itu dengan tatapan nafsu. Paha, pinggul, dada, bibir yang indah gadis itu sungguh membangkitkan rasa.

"Balikin buku gue!" pinta gadis itu

Sayangnya mereka tidak menggubris.

"Pliss. Gue mohon" pintanya dengan nada memelas

Salah satu dari anak-anak itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Seringai dari wajahnya sembari membuka buku berwarna pink itu. Ukurannya hanya 8 Inchi.

"Oh Tyo... senyumanmu" ucap anak itu membaca buku Dairy Amanda

"Balikin!" pekik Amanda seraya menyahut buku itu

Anak itu cukup lihai. Dia adalah Aldo. Salah satu siswa paling jahil. Rambutnya bergelombang tidak rapi, badannya ceking dengan kulitnya sawo kematangan. Rekan-rekannya adalah geng seberandalannya.

Mereka rata-rata bukan anak yang ganteng kayak boyband. Mereka tampak seperti anak dari desa. Sekolah pinggiran itu. Itu adalah sekolah buangan anak-anak yang tidak mampu secara akademis. Lalu bagaimana dengan gadis itu. Amanda adalah siswi terbaik di sana. Gadis pemalu namun punya sebuah cerita di bukunya.

"Balikin!" Pinta Amanda lagi

Berkali-kali gadis itu meminta namun tak berdaya

"Oke. Gue balikin tapi dengan satu syarat" Ujar Aldo

Gadis itu tak mampu menahan linangan air matanya. Begitu cerobohnya ia menjatuhkan buku itu.

Ia lupa-lupa ingat. Saat itu ia tengah membaca buku di perpustakaan sekolah. Ia duduk di salah satu bangkunya dengan menyilangkan kakinya. Sedikit terbuka pangkal pahanya. Ketika Bel berbunyi ia meninggalkan buku dairy nya hingga jatuh ke tangan yang salah yakni para anak jahil itu.

Mereka berjanji akan mengembalikan buku itu. Buku itu berisi isi hati Amanda. Ia merasa jatuh hati dengan kakak kelasnya. Bramantyo sang anak basket. Ia memendam perasaannya begitu lama. Hanya buku itu yang sanggup mencurahkan isi hatinya. Sayangnya buku itu... Dia akan sangat malu jika buku itu diketahui oleh orang yang disukainya.

Hal ini lantas menjadi sebuah kesempatan Aldo dan geng nya untuk menjahili gadis itu. ia meminta gadis itu untuk melepaskan pakaiannya.
Satu persatu kancing dibuka oleh Amanda. Alunan jari yang membuka seirama dengan isak tangis dan tetes air matanya.

"Hiks hiks" isaknya tak punya pilihan lain selain melakukan apa yang diperintahkan Aldo.

Dada gadis itu terbuka. Bra warna putih mulai menyambut seisi ruangan. Jarinya mulai menyusuri belakang rok abu-abunya untuk membuka kancing.

"klek... sruuuut" bunyi kancing dan resleting rok abu-abu pendeknya.

Perlahan ia tanggalkan kemeja putih serta rok abu-abu yang jatuh melambai ke lantai.

"Cukup! balikin buku gue hiks hiks" pintanya dengan isakan tangis

Teman-teman Aldo hanya bisa menelan ludah solah meneguk minuman bersoda. Buah dada yang masih terselip di dalam bra serta lipatan celana dalam yang meliuk searah dengan pinggulnya cukup menggoda. Bentuk segitiga CD-nya terelip indah diantara kedua pangkal pahanya.

"Kan gue bilang bugil manis" Kata Aldo sambil terkekeh

"Tapi... hiks hiks" ujar Amanda berlinang air mata

Rasanya gue pengen banget bisa jadi pacarnya" Aldo membaca buku dairy Amanda

"Ayo dong buka" sahut teman-teman Aldo

Gadis itu tak berdaya. Ia tak menyangka akan terdesak dalam situasi yang gila ini. Tangisannya semakin menjadi-jadi. Wajahnya menjadi pudar dengan taburan isak tangisnya.

Gadis itu berdiri menghadap tembok. Ketika ia menanggalkan pakaian dalamnya dia tidak ingin terlihat oleh remaja-remaja bengal seperti mereka. Ia hanya biasa pasrah. Kini hanya seutas kaos kaki serta sepatu kets yg ia kenakan.

Amanda membalik badan seraya menutup dua butir puting susunya serta melebarkan telapak tangan untuk menutup liang kewanitaannya.

Wajahnya tampak memerah. Pakaiannya berserakan di lantai itu. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Air matanya pun mulai reda karena ia berharap akan mendapatkan kembali buku Dairynya.

Aldo tampak tersenyum menggelora. Tubuh yang seksi Amanda dengan uraian rambut panjang di bahunya serta kaos kaki dan sepatu panjang yang masih tersisa membuat gadis itu sangat menggairahkan namun... ia harus menepati janjinya.

"Nih" Aldo menyodorkan buku itu kepada Amanda dari jauh

Gadis itu ragu untuk meraihnya karena ia harus berjalan beberapa meter. Ia juga harus merelakan tubuhnya di ekspos teman-teman Aldo.

"Ayo sini" Ujar Aldo menyuruhnya untuk mengambil buku itu

Walau dengan langkah keragu-raguan mau tidak mau Amanda harus menapakkan kakinya.

Ia tak kuasa menahan geliat pandangan mata teman-teman Aldo yang seolah ingin menjilati setiap inchi badannya. Ia berjalan dengan merapatkan silangan tangan kirinya pada kedua buah dada serta tangan kanan pada pangkal paha.

Ketika ia sampai, gadis itu harus rela melepaskan tangan kanannya pada pangkal pahanya. Kaki kirinya ia buat menyilang untuk menutupi pangkal pahanya. Walaupun begitu pinggulnya yang cerah terbuka lebar sebagai hiburan bagi anak-anak di sekelilingnya.

Perlahan langkahnya terbata. Dengan cepat ia menyilangkan kaki serta mengayunkan tangan untuk meraih buku itu.

"Syuuut" hanya tangkapan kosong yang diraihnya
"Loh ayo ambil hehe" ujar Aldo sembari mempermainkan Amanda dengan menghindari tangkapannya.

"Plisss balikin!" rengek gadis itu

"Ayo ambil" goda Aldo sambil mengalihkan buku dari tangkapan Amanda

"Pliss gue mohon" rengek gadis itu sembari terus meraih buku itu.

Aldo terus menghindari ayunan tangan Amanda untuk mengambil buku itu. Hingga saking kesalnya Amanda tidak peduli pada kedua buah dadanya dan mengayunkan kedua telepak tangannya seolah menepuk nyamuk.

Sayangnya Aldo cukup lihai. Buku itu tak terambil namun puting susu Amanda malah disentil olah Aldo.

"Aaaaammhhhh" pekik gadis itu sembari menyilangkan kedua tangannya kembali dengan sigap. Ia tak menyangka Aldo bakal melecehkan dirinya.

"Hahahahaha" teman-teman Aldo mulai mengelilingi Amanda.

Mereka seakan ingin menerkam Mangsa. Gadis itu hanya bisa merapatkan kedua tangan pada bagian sensitif kewanitaannya. melihat gelagat dari anak-anak itu dia merasa terancam.

Amanda hanya bisa mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Ia berputar kesetiap sudut karena teman-teman Aldo akan menerkamnya. Namun seseorang mengalungkan kedua tangannya di atas pundak gadis itu.

"Oke. kita buat suatu permainan" Ujar Aldo

"Enggak!" teriak gadis itu

Di luar hujan mengguyur deras. Gudang itu telah amat sunyi. Tak ada orang yang melintas. Pekikan Amanda tidak akan terdengar dari luar.

Gadis itu dengan langkah sempoyongan dengan keadaan telanjang bulat hanya sepatu dan kaos kaki panjangnya yang masih melekat. Ia berusaha meraih buku yang dibawa salah satu teman Aldo. Berkali-kali ia menyahut tapi tak mampu juga. Ia seakan dipermainkan oleh mereka. Ketika buku itu dilempar ke anak yang lain Amanda harus menerima akibatnya.

"Hap" Amanda berusaha menangkap tapi gagal

Buku telah berpindah ke anak yang lain. Ia pun segera menuju ke arah anak yang membawa buku. Saat ia hendak berlari pergelangan tangannya ditarik oleh anak yang tadi.

"Mau ke mana? Gue belum selesai" ujarnya sambil menarik dagu Amanda

Anak itu lantas mencumbu gadis itu.

"Ummmhhhh mmmhhh" Suaranya saat dicumbu

Gadis itu tak berdaya hanya bisa menghentakkan kakinya. Tangannya berusaha mendorong namun apa daya dia tak bisa berbuat apa-apa.

Permainan kucing-kucingan itu harus ia menangkan. Jika ia gagal mengambil buku yang dibawa teman-teman Aldo maka ia harus mendapatkan hukuman baik itu dicumbu, dijamah maupun digerayangi.

Berkali-kali ia mencoba namun tetap gagal. Ketika buku dibawa oleh salah satu anak yang badannya tinggi. Ia terpaksa melompat untuk mengambilnya. Ia mencoba meraih dengan satu tangan tapi susah. Saat ia melompat ia lupa kalau pangkal pahanya terbuka.

"Aaawwwhhhh" desah gadis itu ketika vaginanya disentuh

Ia berusaha terus meraih buku itu. Ia tidak peduli lagi pada kedua buah dadanya. Saat ia melompat buah dadanya mengayun bergelayutan.

"Suiiitt suiiiitt" goda mereka

Melihat pemandangan itu tak tahan teman Aldo melemparkan buku itu lagi.
Secepat kilat ia menyambar payudara Amanda lalu meremasnya. Ia langsung menyeruput puting susu payudara Amanda.

"Sluurrrrp" Suara seruputan itu

"Ammmmmhhhhh" Desah Amanda lagi

Gadis itu berusaha menepis cengkraman anak itu namun ia tetap tak berdaya.

Amanda banyak mendapatkan hukuman. Mulai dari dipelintir putingnya hingga cumbuan serta sogokan tepat di lubang vaginanya.

"Ammmmhhhhhh" desahnya ketika puting susunya dipilin-pilin oleh anak yang merangkulnya dari belakang.

"Hahaha ayo Amanda nikmatin" Goda mereka

"Ammhhhhh enggak! Aaaaah!" Pekiknya karena vaginanya juga dijamah.

Gadis itu tak tahan dengan rangsangan-rangsangan pada bagian sensitif kewanitaannya.

Gadis itu pun lunglai terseok di atas lantai gudang yang berdebu itu.

Aldo yang sejak tadi sudah siap mengeluarkan senjata pamungkas dibalik celananya langsung mendorong Amanda hingga rebah di lantai.

"Tolooong! Jangaaan!" pekik gadis itu

Kedua tangan Aldo mencoba menyisir sela-sela pangkal paha gadis itu. Amanda sudah berupaya merapatkan kaki namun Aldo sudah berada di tengah-tengah selangkangannya. Gadis itu berusaha mendorong anak bengal berwajah tak rupawan itu.

"Hentikan! Uhuhuhuhu" tangisnya

Tangisan itu justru membuat birahi Aldo menggelora. Teman-temannya pun memegang kedua tanggan Amanda sehingga membuatnya pasrah merebahkan diri beralaskan lantai yang berdebu.

Teriakan Amanda serta isak tangisnya beradu dengan gemuruh guntur saat hujan mengguyur lingkungan sekolah itu.

Aldo mencoba menghujamkan batang kemaluannya.

"Heeekk" pejannya

"Tidaaaaaaak Jangaaaaaan!" pekik gadis itu

Perlahan tapi pasti batang kemaluan Aldo mulai memompa. Darah perawan mulai mengalir di sekitar bibir vagina Amanda serta tepian penis Aldo.

"Sakit uhuhuhuhu" tangis Amanda

Aldo memang merasakan kenikmatan namun Amanda merasakan pilunya sayatan keperjakaan Aldo. Rasanya vaginyanya seperti disayat-sayat. Tetesan darah mengalir disela-sela vaginanya menandakan ini adalah hubungan yang pertama. Pertama dan menyakitkan bagi dirinya.

"Aaaaamhhhh aaaaaaaaaaahhhhh" teriakan dan desahaan bercampur jadi satu

Gadis itu tak berdaya. Air mata mengalir di sudut matanya. Kacamata yang ia kenakan tampak berkilau pelangi biasan embun air matanya.

Teman-teman Aldo tak punya banyak waktu untuk menunggu. Mereka juga tak sabar mencicipi ranumnya dua buah dada Amanda.

"Aaaaaaaaahhhh, Ummmmmhhh" desahnya karena Vagina dan puting susunya dimainkan.

"Sluuurrrpp sluurrrp" teman2 Aldo menikmati dua pucuk puting susu dan payu dara kenyal itu.

Anak berambut gimbal itu rupanya cukup berpengalaman dalam melakukan hubungan badan. Ia memulai dair tempo yang lambat hingga lebih cepat. Hal itu membuatnya cukup kuat untuk merobohkan dinding keperawanan gadis yang polos dan lugu itu.

"Haaaah haaaah" desah Aldo sembari terus memompa batang kemaluannya

"Aaaaaaaaaahhh hentikaaaaann! uhuhuhuhuhu" Amanda menggeleng-gelengkan kepala disertai deru tangis tak kuasa menahan gesekan dibagian sensitif kewanitaannya.

Aldo belum puas dengan posisi yang terbilang cukup sederhana. Ia pun lantas membalik badan gadis itu memintanya untuk tengkurap sehingga bisa menghujamnya dari belakang.

Amanda mencoba berontak namun apa daya kedua tangannya masih dicengkram keras oleh kawan-kawan seberandalan Aldo.

"Uhuhuhuuhu hentikaaaaaan!"

"Hahaha gimana manis? Enak bukan?" goda Aldo

"Uhuhuhu hentikan hiks hiks" jawabnya disertai tangisan tersedu-sedu

Kawan-kawan Aldo juga mulai menjulurkan batang kemaluannya. Melihat paras cantik gadis itu mereka tak kuasa menahan konaknya. Beberapa dari mereka memukul-mukulkan batang kemaluannya pada paras cantik gadis itu. Aldo tetap tak henti-hentinya memompakan penisnya. Percikan bunyi persenggamaan keduanya meramaikan suasanya ruangan.

"Pok pok pok pok" bunyi letupan persenggamaan mereka

Vagina Amanda tanpa sadar telah mengalirkan cairan orgasme disekitar liang kemaluannya.

"Hahaha nih cewek horni kayaknya" gurau salah satu teman Aldo

Amanda sudah tidak punya tenaga untuk mengeluarkan suara entah karena kelelahan atau meresapi setiap gesekan di clitorisnya.
"Aaaaammmhhh aaaaaaaahhh" desahnya

Beberapa menit berlalu Aldo pun sudah mencapai puncaknya. Ia segera mencabut batang kemaluannya lalu mengarahkan pada paras cantik gadis itu.

"Jangaaaaann! Uhuhuhu" rengek gadis itu seraya mengibaskan kepalanya

Aldo sudah tidak tahan langsung menjambak rambut Amanda seraya melepaskan cairan spermanya.

"Crooottt" cairan putih kental menyembur

Cairan itu tepat mengenai pipi serta sedikit pada lensa kacamata gadis itu.

Pandangannya suram karena cairan putih kental itu menutupi kacamatanya. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Badannya lemas tak berdaya. Ia hanya bisa pasrah menunggu giliran teman-teman Aldo untuk menghabiskan hidangan penutupnya.

Teman-teman Aldo mencoba bergiliran menyetubuhi dirinya. Mereka ada empat anak termasuk Aldo. Salah satu anak mencoba memangku Amanda di sebuah kursi. Sementara anak yang lain meraih telapang tangan gadis itu untuk menggosokannya pada kemaluannya.

Amanda yang sedari tadi lemas langsung terperangah ketika sebuah benda tumpul mencoba menembus vaginanya dari bawah.

"Tidaaaaaaaaaaaakkkk hentikaaaaaaan!" teriaknya kembali

Teman Aldo itu berusaaha mengguncang-guncangkan badannya untuk memompa batang kemaluannya. Sementara Amanda hanya bisa menggelinjang kesakitan. Ini adalah kali pertamanya namun dalam posisi seperti itu cukup menyakitkan.

"Hentikaaaaaaaaaan sakiiiiiiitttt" pekiknya

Belum selesai ia berteriak bibir indahnya langsung disumpal dengan batang kemaluan anak yang lain.

"Ummmmhhhhh uummmmm" pekiknya sembari mengulum benda menjijikkan itu.

Mereka terus melakukan persenggamaan bersama-sama. Salome satu lubang rame-rame istilahnya. Anak yang menyetubuhi Amanda langsung merebahkan tubuh gadis itu di atas meja. Ia membuatnya membungkuk di atas meja supaya mudah menyetubuhinya. Satu anak menyetubuhi dari depan melalui mulutnya. Satu lagi di bawah dengan mengapitkan kedua buah dada Amanda. Adegan tersebut sungguh pemadangan yang mengasyikkan. Aldo pun mulai mengambil ponselnya seraya mengarahkan kamera ke arah mereka.

"Ckreeeeekk" bunyi kamera ponsel Aldo

Tak lama kemudian, anak yang penisnya dikulum Amanda sudah mencapai klimaks. Ia mulai mencabut batang kemaluaanya. Amanda tersedak karena cairan putih kental menyusuri tenggorokannya.

"Uhuk uhuk uhuk" Amanda terbatuk-batuk sambil memuntahkan cairan menjijikkan itu

Beberapa saat kemduian yang dibawah juga telah menyemburkan cairannya. Saat Amanda tengah membungkuk semburan sperma menghujani seluruh wajahnya.

"Aaaaaaaaaaaaahhhhh" pekiknya karena terkena cipratan sperma itu

Begitu juga yang di belakang juga sudah mencapai batasnya. Ia lantas mencabut batang kemaluannya dan langsung menyemburkan spermanya menyusuri pinggul hingga punggung Amanda. Kini tubuh gadis itu bermandikan sperma.

Mereka pun sudah cukup puas menikmati persetubuhan dengan gadis berwajah manis dan polos itu. Mereka melemparkan helai seragam Amanda ke arahnya. Gadis itu tak bisa terkulai lemas dan sudah tak mampu berdiri. Kemeja dan Rok yang dilemparkan padanya bercampur sperma di sekujur tubuhnya.

Gudang itu tetap sunyi sembari hujan masih terus mengguyur area sekolah itu. Tangis sesenggukan Amanda berbaur dengan rintikan butiran air hujan yang turun membasahi rerumputan di sekitar gudang belakang sekolah itu.

Senin, 25 Juli 2016

BOKEP INDONESIA CERITA BOKEP MENIKMAT KAKAK SENDIRI

Idun pagi itu sedang menonton tv, anak kelas 5 sd itu sedang asyik menonton film kartun kesukaannya. Minggu itu ia memilih di rumah saja. Beberapa menit ia menikmati film kartun, tiba tiba, listrik di rumahnya mati. “Bu, kok mati lampu?”, “Iya, lagi di benerin listriknya, kamu nonton di rumah sebelah saja”, “yaaah, ya udah deh” Idun lalu keluar dari rumahnya yang sedang di benarkan aliran listriknya itu. Ia menuju rumah tetangganya, yang di huni oleh keluarga Pak Wisman. Sesampai di depan rumah itu, Idun memencet bel. Beberapa kali ia memencet bel, dan tak seorang pun keluar. Karena takut film kartunnya habis, ia masuk saja ke dalam rumah karena memang tidak di kunci. Saat di dalam rumah, tampak tak ada seorang pun. Tak perlu malu Idun yang masih sd itu langsung saja menyalakan tv, dan melanjutkan menonton film kartun kesukaannya.
Beberapa puluh menit berlalu, dan film kartun kesukaan Idun pun usai jam tayangnya. Idun yang masih bingung karena rumah tetangganya itu tak tampak pemiliknya, memilih mengecek rumah itu lebih dalam. Saat sampai di kamar pak Wisman, tampak kosong, sepertinya sedang keluar. Selanjutnya tampak sebuah kamar, dan terdengar suara, saat Idun melihat kedalam kamar lain itu, ternyata tampak seorang perempuan telanjang bulat sedang bermain laptop.
 

“Eh, Idun, ko kamu bisa masuk rumah?”, Idun baru ingat, pak wisman punya anak perempuan seorang mahasiswi bernama Diana. “Eh, maaf mbak, tadi saya mau nonton kartun, listrik mati di rumah, trus mau ke sini pintunya gak di kunci, trus saya nonton tv di bawah”, “ooh, gitu ya”, “mbak Diana kok telanjang?”, “Hehe, lagi pengen aja, kenapa emangnya?” Idun cukup heran, cewe dewasa kok telanjang, dan tampak tidak malu di lihati oleh anak laki laki. “apa gak di ngin mbak?”, “Nggak kok, udah biasa…” Idun sempat tertegun melihat tubuh Diana, tampak payudaranya yang cukup besar dan begitu menarik baginya, juga paha mulus Diana yang menutup selangkangannya. “Mbak, lagi ngerjain apa?”, “ini lagi main game aja, kamu mau main ndak?”, “Boleh dong mbak”, “Ya udah, sini, mbak Diana pangku aja…” Idun sempat malu, namun setelah itu ia sudah ada di pangkuan Diana.
Game dalam laptop itu memang cukup menarik, namun Idun juga bingung saat punggungnya terasa ada yang mendorong, sepertinya suatu benda yang kenyal. “Mainnya yang bener dong dek, sini deh gantian” Diana merebut kemudi permainan game itu, sedang Idun masih berada di pangkuan Diana. Wajah Diana tepat berada di sebelah wajah Idun, anak sd itu sempat tertegun sambil memandangi wajah cantik itu. Diana sempat menoleh, dan melihat Idun yang melongo, “Kok melongo, hmm? Cup” Diana mencium pipi Idun, lalu lanjut bermain game. Anak sd itu masih bingung, entah apa yang membuatnya gelisah. Idun kembali menonton Diana yang bermain game itu, sambil sesekali sibuk memandangi tubuh perempuan yang lebih tua darinya itu.
“Idun, pindah yuk, main laptopnya di kasur aja” Diana lalu berpindah kekasur sambil membawa laptopnya. Perempuan yang telanjang itu merebahkan tubuhnya di kasur, dan menaruh laptopnya di atas buah dada yang indah itu. Idun masih bingung, entah kenapa ia masih berada di rumah itu meski film kartun kesukaannya sudah selesai. “Idun, kok bengong, sini, nonton aku main aja” Idun lalu mendekat, dan merebahkan tubuhnya di sebelah Diana. Idun melihat laptop itu bergoyang goyang, karena berada di atas buah dada kenyal milik Diana. “mbak, laptopnya goyang terus, mana enak mainnya”, “iya, pegangin dong dek, kamu naik di perut aku situ” Idun menurut, ia naik keatas perut Diana yang mulus itu, lalu meraih laptop itu. Tangannya memegang bagian atas laptop itu menahan gerakannya. Entah kenapa Idun merasa burung kecilnya itu tegak di dalam celananya. “Aduh, masih goyang, pegang bawahnya aja dek” Idun lalu memindahkan tangannya, dan sekarang tangannya memegang bagian kanan dan kiri laptop itu. Idun merasakan tangannya yang di bawah menyentuh buah dada kenyal milik Diana. Diana tampak tersenyum sambil bermain game, Idun makin bingung.
“Yee, udah menang banyak nih”, “iya kah? Wah hebat mbak Diana”, “Hehe, laptopnya taruh sana dong, Idun” Idun memindahkan laptop itu, kini Diana yang telanjang bulat itu telentang di atas kasur dengan begitu menggoda. “Sini dek, main yang lebih asyik”, “Main apa nih mbak?”, “Sini, kamu ke atas perutku lagi” Idun menurut, kembali ia mengambil posisi yang sama. “Terus ngapain mbak?”, “Pegang ini yach” Tangan Idun segera dipandu oleh Diana, dan mendarat di buah dada sintal milik Diana. “Terus di apain mbak?”, “Tangan kamu diputer-puter di atas situ ya, coba deh” Idun menurut lagi, kedua tangannya yang menempel di buah dada Diana itu kini berputar putar, menggoyangkan benda kenyal nan montok itu. “Pantes laptopnya goyang mbak, ini kenyal begini, kayak jeli”, “mmmmf…iya… tuh tau…uuuh” Idun bingung, kenapa Diana mendesah. Terus saja Idun memutar mutar buah dada Diana, karena penasaran, Idun menepuk nepuk buah dada itu. “Lucu mbak bunyinya,hehe” Diana makin mendesah, kakinya bergerak gerak. Idun penasaran kenapa ada benda yang mencuat dan mengeras di buah dada Diana. “mbak, ini kok keras begini?” Idun memencet dan memutar mutar puting coklat Diana. “Aaaahn….mmmf… iya, gak papa itu…oooh… puter aja…mmmf” Idun dengan asyik memencet dan memutar mutar puting Diana, lalu ia teringat kalau itu puting ASI. “Ooh, ini yang bisa keluar air susunya itu ya mbak? Idun coba ya… mmmf” Diana mendesah keras, perempuan itu sepertinya keenakan setelah buah dadanya dimainkan oleh Idun. Mulut Idun sekarang sudah menyedot nyedot puting Diana.
“Kok gak keluar susunya ya mbak? Kurang keras ya? Mmmf” Idun menggigit kecil puting coklat Diana. “Aaaahn! Uuuhf….sssh…ooooh” Idun seperti orang bingung, bergantian ia kenyot puting kanan dan puting kiri di payudara Diana itu, anak sd itu juga meremas payudara montok itu. Penis mungil Idun tampak tegak dalam celana itu juga berdenyut menempel ke perut Diana. “Aduh mbak, Idun mau pipis”, “Pipis di sini aja dek, buka aja, oooh” Idun menurut, ia membuka celananya, croot, cairan putih menetes di buah dada Diana. Idun masih bingung karena yang keluar bukan air kencing. “Kok yang keluar putih ya mbak?” Diana lalu mengangkat Idun, dan merebahkan tubuh anak sd itu di kasur, langsung saja penis mungil itu di lahap masuk dalam mulutnya. “mbak, kok burung Idun diemut?” Tanpa menjawab, Diana menjilati burung kecil dalam mulutnya itu dengan hebat, Idun tampak merem melek. Penis Idun kembali tegak, dan terasa begitu nikmat di dalam mulut Diana. “mmm…mmm…slruup…mmm…Lucu ya burung kamu dek..mmm”, “geli mbak, uuuh, mmmf”. Setelah puas menikmati burung mungil milik Idun, Diana duduk dan membuka selangkangannya..
“Idun, sini, liat nih, lubang aku..”, “Lubang apa nih mbak? Kok basah dan terbuka?”, “Sini deketan, kamu pegang aja…” Idun menempelkan jari jarinya ke atas bibir vagina Diana, terasa ada bulu bulu halus di sekitar lubang itu. “ lucu ya mbak, wah, itu ada apa yang kayak kelereng?” Idun mencubit klitoris Diana. “Aaaah! Nakal Idun, tau aja sih kamu”, “Maaf mbak, itu nggemesin soalnya”, “Hehe, jilatin sekalian deh lubang aku dek”, “Emang enak ya mbak?”, “Enak, airnya minum sekalian, enak itu” Idun menurut lagi, Kepalanya melesat ke selangkangan Diana. Mulutnya sudah menempel di lubang itu, dan lidahnya masuk kedalam. Idun langsung menyedot nyedot lubang itu, dan memang ia merasakan air dalam lubang itu cukup berbeda. “mmm…mmm…slruup..mmm… Airnya asem asem gimana gitu…”, “Aaahn, iya terusin dek, kayaknya kamu haus..ooooh” Idun memang tampak haus sekali, segera saja lidahnya bergerak menjilati dinding vagina Diana, sambil menikmati cairan berlendir dalam lubang itu. Diana merem melek sambil memegangi kakinya, saat Idun sibuk menggerakkan kepalanya dan menikmati vagina basah Diana.
“Idun, udah ya, kamu lepas pakaian kamu semua”, “Ngapain mbak?” ,”Udaah, biar cepet selesai permainannya” Idun melepas pakaiannya. Diana lalu kembali tidur di atas kasur, sambil membuka selangkangannya. “Idun, burung kamu masih berdiri kan?”, “Iya ini mbak”, “Masukin ke lubangku yach”, “Bisa ya mbak?”, “BIsa dong, enak loh ntar” Idun menurut, dan cepat saja penis mungil Idun tenggelam dalam memek basah Diana, walau tidak mengisi penuh memek sempit itu. “Aaahn! Geli deh sama burung kecil kamu”, “hangat ya lubangnya mbak Diana”, “Kamu gerakin maju mundur dong dek, uuuh” Idun menggerakkan penisnya maju mundur dalam lubang itu, tentu adegan persetubuhan antara seorang wanita dengan anak kecil ini jarang terjadi. Idun mempercepat gerakan penisnya menusuk memek basah Diana, karena ia merasa burungnya tak begitu sulit untuk bergerak keluar masuk. “Aaaahn…mmmf…uuuh…oooh… terus dek…sssh…ooouuh” Idun memeluk erat tubuh Diana, kepalanya menempel di atas buah dada montok yang bergoyang itu. Penisnya masih bergerak terus, diiringi suara desahan indah Diana dan suara tabrakan tubuh mereka berdua. Idun tidak sadar sudah menyetubuhi perempuan yang lebih tua darinya, dan tentu saja ia senang senang saja. Beberapa menit tak berhenti penis Idun mengobok obok vagina Diana.
“Mbak Diana, Aku mau kencing lagi, aah!” Croot croot croot, Idun mengisi lubang vagina Diana. Setelah itu Idun tergeletak kelelahan di sebelah Diana. Diana lalu berdiri, dan mani Idun menetes keluar dari lubang vagina itu tanpa ada bercak merah, sepertinya keperawanan Diana tidak hilang. “Makasih ya dek, udah mau maen sama mbak Diana”, “Iya mbak, aduh sampe lemes”, “Aduh kaciaan, Sini sini aku peluk…” Diana lalu memeluk erat tubuh Idun di atas kasur itu. “Seru permainannya mbak, hehe”, “Iya dong, hehe, puting aku emut lagi aja dek, biar kamu cepet tidur juga”. Puting Diana kembali dikenyot Idun, sambil tampak dalam pelukan anak sd yang lelah itu mulai tertidur. Diana tersenyum karena hari itu ia mengalami sesuatu yang tak terlupakan sepanjang hidupnya..

NASIP DI PERKOSA DI RUMAH SENDIRI

Aku adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di salah satu komplek yang disebut sebagian orang sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aku adalah janda tanpa anak, suamiku telah meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan. Saat itu usia perkawinan kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yang kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku, suamiku membeli rumah ini atas namaku. “Sebagai bukti ketulusan sayangku padamu” katanya.

Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yang luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga tidak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.

Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aku tidak mau menggunakan jasa pramuwisma, aku ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aku ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri.

Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun temanku. Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aku berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.

Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yang memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aku sekarang telanjang bulat. Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.

Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selesai mandi rasanya badanku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sambil minum susu hangat. Aku hanya melilitkan handuk pada badanku, sambil mengeringkan rambutku dengan kipas angin aku buka channel TV sana-sini. Acaranya tidak ada yang menarik hatiku.

Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku. Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yang kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aku sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada….

Aku melepaskan handuk yang melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan lembut. Payudaraku memang tidak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dengan sebutan montok. Untuk urusan mengurus badan, aku memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan badan itu adalah harga mati. Aku tidak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatanku

Kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.

Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku terangsang sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar membasahi bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. Badanku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Liang vaginaku sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.

Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayang-layang dengan kenikmatan tiada tara.

Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.

Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.

“AHH……..” aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti lemas sekali.

Mataku terpejam sambil menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..

“ Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku, dan aku dalam keadaan telanjang……..

Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan mereka lakukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.

“He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.” Lelaki itu duduk disampingku.

“Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu.” Laki-laki yang memanggil dirinya Abang kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, tetapi.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.

Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yang aku rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot lengannya yang nampak gempal saat menahan tubuhku yang terus berontak.

Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya,

“Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yang tahu mereka tidak akan berani menggangu”.

Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dengan tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melakukannya mulai dengan lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu. Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku bagaikan mangsa yang siap diterkam.

Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,

“Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.

Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda perasaan malu yang amat sangat. Hanya suamiku yang melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.

Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.

“ Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.

Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku. Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam. Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam.. Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yang telah enam bulan tidak terlampiaskan semenjak suamiku meninggal.

Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.

Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.

“Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku…..”

Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku kembali berteriak histeris. Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.

Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.

“Masukin… bang.. auh… aku gak tahan…..” aku mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.

Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dengan pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. Aku benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.

Aku betul-betul tidak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih berkelojotan diranjang. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. Aku benar-benar berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.

Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.

Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar kontol di gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu kontol itu memasuki kemaluanku.

“Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aku semakin meracau.

Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan…. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.

“Auh………. AHH…… “ aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.

Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima sesuatu yang sangat aku rindukan selama ini. Apakah aku memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku tidak mau berfikir lagi.. Akupun tertidur kelelahan.

Besok pagi aku terbangun dengan badan sedikit pegal-pegal. Tidak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tidak ada barang yang hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaku?…. kadang-kadang aku masih inigin melakukan hal yang sama. Aku merindukan kontolnya yang telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta. Dimanakah kamu……… 

ADIK KU MANIS AKU PERKOSA

Perkenalkan namaku ricky umurku 24 thn aku mempunyai adik yg bernama desy umurnya baru 13 thn dia masih duduk dibangku kelas 2 SMP adikku ini suka memakai jilbab,payudaranya juga cukup besar,dan pantatnya itu loh membuat bergairah. Aku tidur 1 kamar dengannya. Aku pernah melakukan hal yg aneh saat dia sedang tidur dan aku beronani disamping dia sambil membayangkan tubuh adikku ini lalu aku memuncratkan spermaku di jilbab adikku tanpa sepengetahuan desy adikku.

***********

Saat itu desy baru pulang sekolah tubuhnya berkeringat dia setelah menaruh tas dan melepas sepatunya desy langsung tiduran dikasur bersamaku karna saat itu aku sedang tiduran. Singkat cerita saat dia sudah tertidur pulas aku melepas kancing baju sragamnya tanpa melepas bajunya hanya kancingnya saja yg aku buka,lalu aku mengambil tali setelah itu aku mengikat ke2 tangan dan kakinya disudut tempat tidur. Aku langsung melepas semua bajuku lalu desy aku bangunkan dan berkata
Desy:kak apa2an ini aku mau km apain kak?
Aku:diem aja km dan mulai skrg km hrs turutin apa perintahku ngerti kalo tidak aku bakal memperkosa km sampai memek km sakit ngerti?
Desy:i...iya kak..

Desy yg dari tadi menangis langsung aku suruh ngisep penis ku dan dia menghisapnya sampai akhirnya sekitar 3 menit aku memuncratkan spermaku ke dlm mulutnya dan aku menyuruhnya menelannya. Lalu tanpa berlama2 aku langsung menyingkapkan rok panjang milik desy dan ternyata desy tdk memakai CD dan langsung saja aku memasukkan penisku ke vagina desy "ahh,,kak,,pel,,ann,,sakit kak,,,"kata desy,tapi aku tdk memperdulikan itu terus saja aku pompa penisku di dlm vagina desy sampai akhirnya "crot,,crott,,crot" aku muncratkan spermaku di dlm vagina desy dan ku cabut penisku dari dlm vagina desy dan terlihat spermaku meleleh kluar sedikit dari vagina desy bercampur darah prawan desy lalu aku mengelap sperma yg kluar dari vagina desy dengan jilbabnya.

Sampai saat ini aku sering sekali ML dengan adikku desy dan saat dia mens aku menyodomi desy sampai saat ini anusnya sedikit menganga.

Kamis, 15 Januari 2015

TANTE CYNTIA YANG NIKMAT

Cerita tante girang emang gak ada habisnya, selalu saya menarik untuk di ikuti, dalam perjalanan blog ini, sudah banyak cerita-cerita tante girang yang kami berikan, dan semua cerita itu mendapatkan banyak aplous dari pembaca, untuk itu , atas rasa terima kasih kami, kami berikan lagi cerita dari seorang tante girang bernama Chintya.
cerita bokep
Panggil saja namaku Aldi. Usiaku saat ini 27 tahun. Dikampungku ada seorang janda berusia 46 tahun, namanya panggil aja Tente Chintya. Meski usianya sudah kepala empat dan sudah punya 3 orang anak yang sudah besar-besar, namun tubuhnya masih tetap tampak bagus dan terawat.
Tante Chintya mempunyai wajah yang cantik dengan rambut sebahu. Kulitnya putih bersih. Selain itu yang membuatku selama ini terpesona adalah payudara tante Chintya yang luar biasa montok. Perkiraanku payudaranya berukuran 36C. Ditambah lagi pinggul aduhai yang dimiliki oleh janda cantik itu. Bodi tante Chintya yang indah itulah yang membuatku tak dapat menahan birahiku dan selalu berangan-angan bisa menikmati tubuhnya yang padat berisi. Setiap melakukan onani, wajah dan tubuh tetanggaku itu selalu menjadi inspirasiku.
Pagi itu jam sudah menunjukan angka tujuh. Aku sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Motor aku jalankan pelan keluar dari gerbang rumah. Dikejauhan aku melihat sosok seorang wanita yang berjalan sendirian. Mataku secara reflek terus mengikuti wanita itu. Maklum aja, aku terpesona melihat tubuh wanita itu yang menurutku aduhai, meskipun dari belakang. Pinggul dan pantatnya sungguh membuat jantungku berdesir. Saat itu aku hanya menduga-duga kalau wanita itu adalah tante Chintya. Bersamaan dengan itu, celanaku mulai agak sesak karena kon**lku mulai tidak bisa diajak kompromi alias ngaceng berat.
Perlahan-lahan motor aku arahkan agak mendekat agar yakin bahwa wanita itu adalah tante Chintya.
“Eh tante Chintya. Mau kemana tante?” sapaku.
Tante Chintya agak kaget mendengar suaraku. Tapi beliau kemudian tersenyum manis dan membalas sapaanku.
“Ehm.. Kamu Ron. Tante mau ke kantor. Kamu mau ke kampus?” tante Chintya balik bertanya.
“Iya nih tante. Masuk jam delapan. Kalau gitu gimana kalau tante saya anter dulu ke kantor? Kebetulan saya bawa helm satu lagi,” kataku sambil menawarkan jasa dan berharap tante Chintya tidak menolak ajakanku.
“Nggak usah deh, nanti kamu terlambat sampai kampus lho”
Suara tante Chintya yang empuk dan lembut sesaat membuat penisku semakin menegang.
“Nggak apa-apa kok tante. Lagian kampus saya kan sebenarnya dekat,” kataku sambil mataku selalu mencuri pandang ke seluruh tubuhnya yang pagi itu mengenakkan bletzer dan celana panjang. Meski tertutup oleh pakaian yang rapi, tapi aku tetap bisa melihat kemontokan payudaranya yang lekukannya tampak jelas.
“Benar nih Aldi mau nganterin tante ke kantor? Kalau gitu bolehlah tante bonceng kamu,” kata tante Chintya sambil melangkahkan kakinya diboncengan.
Aku sempat agak terkejut karena cara membonceng tante yang seperti itu. Tapi bagaimanapun aku tetap diuntungkan karena punggungku bisa sesekali merasakan empuknya payudara tante yang memang sangat aku kagumi. Apalagi ketika melewati gundukan yang ada di jalan, rasanya buah dada tante semakin tambah menempel di punggungku. Pagi itu tante Chintya aku anter sampai ke kantornya. Dan aku segera menuju ke kampus dengan perasaan senang.
Waktu itu hari sabtu. Kebetulan kuliahku libur. Tiba-tiba telepon di sebelah tempat tidurku berdering. Segera saja aku angkat. Dari seberang terdengar suara lembut seorang wanita.
“Bisa bicara dengan Aldi?”
“Iya saya sendiri?” jawabku masih dengan tanda tanya karena merasa asing dengan suara ditelepon.
“Selamat pagi Aldi. Ini tante Chintya!,” aku benar-benar kaget bercampur aduk.
“Se.. Selamat.. Pa.. Gi tante. Wah tumben nelpon saya. Ada yang bisa saya bantu tante?” kataku agak gugup.
“Pagi ini kamu ada acara nggak Ron? Kalau nggak ada acara datang ke rumah tante ya. Bisa kan?” Pinta tante Chintyay dari ujung telepon.
“Eh.. Dengan senang hati tante. Nanti sehabis mandi saya langsung ke tempat tante,” jawabku. Kemudian sambil secara reflek tangan kiriku memegang kon**lku yang mulai membesar karena membayangkan tante Chintya.
“Baiklah kalau begitu. Aku tunggu ya. Met pagi Aldi.. Sampai nanti!” suara lembut tante Chintya yang bagiku sangat menggairahkan itu akhirnya hilang diujung tepelon sana.
Pagi itu aku benar-benar senang mendengar permintaan tante Chintya untuk datang ke rumahnya. Dan pikiranku nglantur kemana-mana. Sementara tanganku masih saja mengelus-elus penisku yang makin lama, makin membesar sambil membayangkan jika yang memegang kon**lku itu adalah tante Chintya. Karena hasratku sudah menggebu, maka segera saja aku lampiaskan birahiku itu dengan onani menggunakan boneka didol montok yang aku beli beberapa bulan yang lalu.
Aku bayangkan aku sedang bersetubuh dengan tante Chintya yang sudah telanjang bulat sehingga payudaranya yang montok menunggu untuk dikenyut dan diremas. Mulut dan tanganku segera menyapu seluruh tubuh boneka itu.
“Tante.. Tubuhmu indah sekali. Payudaramu montok sekali tante. Aaah.. Ehs.. Ah,” mulutku mulai merancau membayangkan nikmatnya ML dengan tante Chintya.
Karena sudah tidak tahan lagi, segera saja batang penisku, kumasukkan ke dalam vagina didol itu. Aku mulai melakukan gerakan naik turun sambil mendekap erat dan menciumi bibir boneka yang aku umpamakan sebagai tante Chintya itu dengan penuh nafsu.
“Ehm.. Ehs.. Nikmat sekali sayang..” kon**lku semakin aku kayuh dengan cepat.
“Tante.. Nikmat sekali memekmu. Aaah.. Punyaku mau keluar sayang..” mulutku meracau ngomong sendiri.
Akhirnya tak lama kemudian penisku menyemburkan cairan putih kental ke dalam lubang vagina boneka itu. Lemas sudah tubuhku. Setelah beristirahat sejenak, aku kemudian segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan kon**l dan tubuhku.
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 8 lebih 30 menit. Aku sudah selesai mandi dan berdandan.
“Nah, sekarang saatnya berangkat ke tempat tante Chintya. Aku sudah nggak tahan pingin lihat kemolekan tubuhmu dari dekat sayang,” gumamku dalam hati.
Kulangkahkan kakiku menuju rumah tante Chintya yang hanya berjarak 100 meter aja dari rumahku. Sampai di rumah janda montok itu, segera saja aku ketuk pintunya.
“Ya, sebentar,” sahut suara seorang wanita dari dalam yang tak lain adalah tante Chintya.
Setelah pintu dibuka, mataku benar-benar dimanja oleh tampilan sosok tante Chintya yang aduhai dan berdiri persis di hadapanku. Pagi itu tante mengenakan celana street hitam dipadu dengan atasan kaos ketat berwarna merah dengan belahan lehernya yang agak ke bawah. Sehingga nampak jelas belahan yang membatasi kedua payudaranya yang memang montok luar biasa. Tante Chintya kemudian mengajakku masuk ke dalam rumahnya dan menutup serta mengunci pintu kamar tamu. Aku sempat dibuat heran dengan apa yang dilakukan janda itu.
“Ada apa sih tante, kok pintunya harus ditutup dan dikunci segala?” tanyaku penasaran.
Senyuman indah dari bibir sensual tante Chintya mengembang sesaat mendengar pertanyaanku.
“Oh, biar aman aja. Kan aku mau ajak kamu ke kamar tengah biar lebih rilek ngobrolnya sambil nonton TV,” jawab tante Chintya seraya menggandeng tanganku mengajak ke ruangan tengah.
Sebenarnya sudah sejak di depan pintu tadi penisku tegang karena terangsang oleh penampilan tante Chintya. Malahan kali ini tangan halusnya menggenggam tanganku, sehingga kon**lku nggak bisa diajak kompromi karena semakin besar aja. Di ruang tengah terhampar karpet biru dan ada dua bantal besar diatasnya. Sementara diatas meja sudah disediakan minuman es sirup berwarna merah. Kami kemudian duduk berdampingan.
“Ayo Ron diminum dulu sirupnya,” kata tante padaku.
Aku kemudian mengambil gelas dan meminumnya.
“Ron. Kamu tahu nggak kenapa aku minta kamu datang ke sini?” tanya tante Chintya sambil tangan kanan beliau memegang pahaku hingga membuatku terkejut dan agak gugup.
“Ehm.. Eng.. Nggak tante,” jawabku.
“Tante sebenarnya butuh teman ngobrol. Maklumlah anak-anak tante sudah jarang sekali pulang karena kerja mereka di luar kota dan harus sering menetap disana. Jadinya ya.. Kamu tahu sendiri kan, tante kesepian. Kira-kira kamu mau nggak jadi teman ngobrol tante? Nggak harus setiap hari kok..!,” kata tente Chintya seperti mengiba.
Dalam hati aku senang karena kesempatan untuk bertemu dan berdekatan dengan tante akan terbuka luas. Angan-angan untuk menikmati pemandangan indah dari tubuh janda itu pun tentu akan menjadi kenyataan.
“Kalau sekiranya saya dibutuhkan, ya boleh-boleh aja tante. Justru saya senang bisa ngobrol sama tante. Biar saja juga ada teman. Bahkan setiap hari juga nggak apa kok”
Tante tersenyum mendengar jawabanku. Akhirnya kami berdua mulai ngobrol tentang apa saja sambil menikmati acara di TV. Enjoi sekali. Apalagi bau wangi yang menguar dari tubuh tante membuat angan-anganku semakin melayang jauh.
“Ron, udara hari ini panas ya? Tante kepanasan nih. Kamu kepanasan nggak?” tanya tante Chintya yang kali ini sedikit manja.
“Ehm.. Iya tante. Panas banget. Padahal kipas anginnya sudah dihidupin,” jawabku sambil sesekali mataku melirik buah dada tante yang agak menyembul, seakan ingin meloncat dari kaos yang menutupinya.
Mata Tante Chintya terus menatapku hingga membuatku sedikit grogi, meski sebenarnya birahiku sedang menanjak. Tanpa kuduga, tangan tante memegang kancing bajuku.
“Kalau panas dilepas aja ya Ron, biar cepet adem,” kata tante Chintya sembari membuka satu-persatu kancing bajuku, dan melepaskannya hingga aku telanjang dada..
Aku saat itu benar-benar kaget dengan apa yang dilakukan tante padaku. Dan aku pun hanya bisa diam terbengong-bengong. Aku tambah terheran-heran lagi dengan sikap tente Chintya pagi itu yang memintaku untuk membantu melepaskan kaos ketatnya.
“Ron, tolongin tante dong. Lepasin kaos tante. Habis panas sih..,” pinta tante Chintya dengan suara yang manja tapi terkesan menggairahkan.
Dengan sedikit gemetaran karena tak menyangka akan pengalaman nyataku ini, aku lepas kaos ketat berwarna merah itu dari tubuh tante Chintya. Dan apa yang berikutnya aku lihat sungguh membuat darahku berdesir dan penisku semakin tegang membesar serta jantung berdetak kencang. Payudara tante Chintya yang besar tampak nyata di depan mataku, tanpa terbungkus kutang. Dua gunung indah milik janda itu tampak kencang dan padat sekali.
“Kenapa Ron. Kok tiba-tiba diam?” tanya tante Chintya padaku.
“E.. Em.. Nggak apa-apa kok tante,” jawabku spontan sambil menundukkan kepala.
“Ala.. enggak usah pura-pura. Aku tahu kok apa yang sedang kamu pikirkan selama ini. Tante sering memperhatikan kamu. Aldi sebenarnya sudah lama pingin ini tante kan?” kata tante sambil meraih kedua tanganku dan meletakkan telapak tanganku di kedua buah dadanya yang montok.
“Ehm.. Tante.. Sa.. Ya.. Ee..,” aku seperti tak mampu menyelesaikan kata-kataku karena gugup. Apalagi tubuh tante Chintya semakin merapat ke tubuhku.
“Ron.. Remas susuku ini sayang. Ehm.. Lakukan sesukamu. Nggak usah takut-takut sayang. Aku sudah lama ingin menimati kehangatan dari seorang laki-laki,” rajuk tante Chintya sembari menuntun tanganku meremas payudara montoknya.
Sementara kegugupanku sudah mulai dapat dikuasai. Aku semakin memberanikan diri untuk menikmati kesempatan langka yang selama ini hanya ada dalam angan-anganku saja. Dengan nafsu yang membara, susu tante Chintya aku remas-remas. Sementara bibirku dan bibirnya saling berpagutan mesra penuh gairah. Entah kapan celanaku dan celana tante lepas, yang pasti saat itu tubuh kami berdua sudah polos tanpa selembar kainpun menempel di tubuh. Permaianan kami semakin panas. Setelah puas memagut bibir tante, mulutku seperti sudah nggak sabar untuk menikmati payudara montoknya
“Uuhh.. Aah..” Tante Chintya mendesah-desah tatkala lidahku menjilat-jilat ujung puting susunya yang berbentuk dadu.
Aku permainkan puting susu yang munjung dan menggiurkan itu dengan bebasnya. Sekali-kali putingnya aku gigit hingga membuat Tante Chintya menggelinjang merasakan kenikmatan. Sementara tangan kananku mulai menggerayangi ‘vagina’ yang sudah mulai basah. Aku usap-usap bibir vagina tante dengan lembut hingga desahan-desahan menggairahkan semakin keras dari bibirnya.
“Ron.. Nik.. Maat.. Sekali sa.. Yaang.. Uuuhh.. Puasilah tante sayang.. Tubuhku adalah milikmu,” suara itu keluar dari bibir janda montok itu.
Aku menghiraukan ucapan tante karena sedang asyik menikmati tubuh moleknya. Perlahan setelah puas bermain-main dengan payudaranya mulutku mulai kubawa ke bawah menuju vagina tante Chintya yang bersih terawat tanpa bulu. Dengan leluasa lidahku mulai menyapu vagina yang sudah basah oleh cairan.
Aku sudah tudak sabar lagi. Batang penisku yang sudah sedari tadi tegak berdiri ingin sekali merasakan jepitan vagina janda cantik nan montok itu. Akhirnya, perlahan kumasukkan batang penisku ke celah-celah vagina. Sementara tangan tante membantu menuntun tongkatku masuk ke jalannya. Kutekan perlahan dan..
“Aaah..” suara itu keluar dari mulut tante Chintya setelah penisku berhasil masuk ke dalam liang senggamanya.
Kupompa penisku dengan gerakan naik turun. Desahan dan erangan yang menggairahkanpun meluncur dari mulut tante yang sudah semakin panas birahinya.
“Aach.. Ach.. Aah.. Terus sayang.. Lebih dalam.. Lagi.. Aah.. Nik.. Mat..,” tante Chintya mulai menikmati permainan itu.
Aku terus mengayuh penisku sambil mulutku melumat habis kedua buah dadanya yang montok. Mungkin sudah 20 menitan kami bergumul. Aku merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluanku sudah nyaris menyemprotkan cairan sperma.
“Tante.. Punyaku sudah mau keluar..”
“Tahan seb.. Bentar sayang.. Aku jug.. A.. Mau sampai.. Aaach..” akhirnya tante Chintya tidak tahan lagi.
Kamipun mengeluarkan cairan kenikmatan secara hampir bersamaan. Banyak sekali air mani yang aku semprotkan ke dalam liang senggama tante, hingga kemudian kami kecapekan dan berbaring di atas karpet biru.
“Terima kasih Aldi. Tante puas dengan permainan ini. Kamu benar-benar jantan. Kamu nggak nyeselkan tidur dengan tante?” tanya beliau padaku.
Aku tersenyum sambil mencium kening janda itu dengan penuh sayang.
“Aku sangat senang tante. Tidak kusangka tante memberikan kenikmatan ini padaku. Karena sudah lama sekali aku berangan-angan bisa menikmati tubuh tante yang montok ini”
Tante Chintya tersenyum senang mendengar jawabanku.
“Aldi sayang. Mulai saat ini kamu boleh tidur dengan tante kapan saja, karena tubuh tante sekarang adalah milikmu. Tapi kamu juga janji lho. Kalau tante kepingin.. Aldi temani tante ya.,” kata tante Chintya kemudian.
Aku tersenyum dan mengangguk tanda setuju. Dan kami pun mulai saling merangsang dan bercinta untuk yang kedua kalinya. Hari itu adalah hari yang tidak pernah bisa aku lupakan. Karena angan-anganku untuk bisa bercinta dengan tante Chintya dapat terwujud menjadi kenyataan. Sampai saat ini aku dan tante Chintya masih selalu melakukan aktivitas sex dengan berbagai variasi. Dan kami sangat bahagia.

GURUKU BERJILBAB YANG PERAWAN

 Cerita Dewasa GURUKU BERJILBAB YANG PERAWAN – Berjilbab sekarang bukan jamannya alim,weu,Mengapa hal ini bisa dikatakan begitu.Kali aja sudah banyak kejadia-kejadian Sex bebas dikalangan anak berjilbab.Yang Mulai mara kali ini kan kalau di internet Vidio bokep anak berjilbab,Yah banyak yang bilang gini”atasnya kerudung bawahnya warung”peribahasa yang sayang sekali bila di lontarkan.Tapi gak semua sich,masih banyak kuk cewek berjilbab ber hati seputih salju.Tapi jangan salah milih,harus diteliti coz berjilbab kita gak bisa perfeck lihat body.Yah tak usah bicara ngelantur terlalu banyak Ceritadewaseks kali ini akan mengisahkan cerita dewasa mengenai cewek berjilbab seorang guru lagi yang ML dengan muridnya sendiri di sebuah Hotel.Ini ceritanya.
Namaku SM dan sekarang umurku baru 19 tahun, dan perawakanku tinggi 171.5 cm dan kulitku sawo matang, sedangkan mataku berwarna coklat, dankisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata sekaligus pengalaman hidupku…
Tahun 2004 yang lalu… Saat ini aku sekolah di salah satu SMK yang ada di tanjung pinang (kepulauan riau). Sekolahku letaknya jauh di luar kota (kira2 20 km dari kota tempat tinggalku), dan sehari-hari aku pergi menggunakan bus jemputan sekolahku, dan dari sinilah kisahku bermula…
Pada suatu siang saat di sekolahan aku dan teman-teman sedang istirahat dikantin sekolah dan sambil bercanda ria, dan saat itu pula ada guruku (berjilbab) sedang makan bersama kami, pada saat itu pula aku merasa sering di lirik oleh ibu itu (panggil saja EKA), bu eka badannya langsing cenderung agak kurus, matanya besar, mulutnya sedikit lebar dan bibirnya tipis, payudaranya kelihatan agak besar, sedangkan pantatnya padat dan seksi, bu eka adalah guru kelasku yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris, dan dalam hal pelajarannya aku selalu di puji olehnya karena nilaiku selalu mendapat 8 (maaf bukan memuji diri sendiri!!)
Saat didalam pelajaran sedang berlangsung bu eka sering melirik nakal ke arahku dan terkadang dia sering mengeluarkan lidahnya sambil menjilati bibirnya, dan terkadang dia suka meletakkan jari tangannya di selangkangannya dan sambil meraba di daerah sekitar vaginanya. Dan terkadang saya selalu salah tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya hanya aku saja yang tahu.
Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu itu, dan saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang. Jarak kami terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat sampai-sampai tangan ibu eka tersentuh penisku (karena bu eka kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu sedang tegang akibat tingkahnya di kalas. Namun reaksi ibu eka hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah.
Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami… Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu eka duduk di kursi deretan paling depan. Saat semua teman-temanku sudah turun semua (saat itu tinggal aku bu Eka dan supirnya) bu eka melirik nakal ke arahku, dan tiba tiba ia langsung pindah duduknya di sebelahku dia duduk paling pojok dekat dinding), dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun menanggapi ajakannya. Saat itu dia meminjan handphone ku , katanya dia mau beli hp yang mirip punyaku (nokia tipe 6600) entah alasan atau apalah… Saat dia memegang hp ku tiba-tiba hp ku berbunyi, dan deringan hp ku saat itu berbubyi desahan wanita saat di kentot. aaaahhhhh… ahhhhshhhhshshh… oooooo… oooooohhhhhh dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon. Tanpa basa basi bu eka bilang “apa ngga ada yang lebih hot, ibu mau dong”. dengan nada berbisik. Yang membuatku nafsu. “jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu… ” Saat itu kupasang ear phone dan langsung aku perlihatkan rekaman video porno yang ku dapat dari temanku.
Tanpa aku sadari bu eka meraba kontolku yang saat itu sedang tegang-tegangnya, dan dia terkejut, “wooow besar sekali anumu… ” Padahal aku punya ngga gede-gede amat, panjangnya 15 cm dan diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh… Dan terjadilah percakapan antara aku dan bu eka:
Saat itu dia berbisik padaku “aku masih perawan looo… ” di iringi dengan desahan. Lalu jawabku “oh yaaa, saya juga masih perjaka bu… ” bu eka: jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan perawan, pasti nikmat… (tanpa basa basi lagi) lalu jawabku malu aku: “ngga ah bu , saya ngga berani!!” bu eka: “ayolah… (dengan nada memelas)” aku: “tapi di mana bu? (tanyaku!)” bu eka: “di hotel aja biar aman” aku: “tapi saya ngga punya uang bu” bu eka : “ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!”
Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa basa basi lagi. ia melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan desahan… yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya. dan tibala saat ia melepaskan bh nya, yang ku lihat saat itu adalah toket ibu yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee) dan putingnya yang masih merah. dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya dia bertanya padaku… “mau bantuin ngga… ” lalu hanya ku jawab dengan mengangguk saja. tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya yang berwarna putis tipis.
yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. da n timbullah suara desahan yang membuata tegang kontolku ah… ahh… ahhhhshhhh… terruussss… ohhh… yeahhh… oooohhhhh… au… udahh dong ibu ngga tahan lagi… ooohhhh… yeah… o… o… oo… ohhhh… tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku. cairan putih ituku hisap dan ku tumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata bu eka suka “mau lagi donggg… ” lalu aku kembali menghisap pepek bu eka yang basah dan licin kuat-kuat… “aaahhhh… ahhh… aarrgghh… uh… uh… uh… uh… ouuu… yeah… dan di sela teriiakan kerasnya muncrat lagi cairan putih kental itu dengan lajunya crroot… crooot…
di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu eka dan selangkangannya ku buka lebar2, lalu ak u mencoba memasukkan kontolku ke dalam pepeknya bu eka dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit. saat ku tekan kepala kontolku sudah masuk setengah dan ibu itu berteriak “ahhhh… ahhhh.ahhhhh… ahhhhh… , sakitttt… ahhh… pelan-pelan dong… ” seakan tak perduli kutekan lagi. kali ini agak dalam ternyata seperti ada yang membatasi. ku tekan kuat-kuat “ahhhhhhh… aaaaaa… aaaauuuuu… , sakit… ohh… oh… ooghhhhhh… ” aku paksakan saja… akhirnya tembus juga. “ahhhhhhhhhh… aaaaahhhhhh… , sakitttttttt… ” bu eka berteriak keras sekali…
Sambil ku dorong kontontolku maju mundur pelan dan ku percepat goyanganku. “aahhhhhh… auhhhhhhhh… u.h… u.u… hh… a… u… u… hhhhh.hh.h.h. h… Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku aku terasa seperti mau keluar. Lalu aku arahkan kontolku ke mulutnya dan… croot… … crroootttt… sekitar 5 kali muncrat mulut bu eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putoh kenta (maklum udah 2 minggu ngga ngocok)
Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu eka mengeluarkan cairan seperti darah. Lalu ibu eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari kamar mandi bu eka langsung menyepong kontolku sambil tiduran di lantai. Ternyata walaupun perawan bu eka pandai sekali berpose. Lalu ku pegang pinggul bu eka dan mengarahkan ke posisi menungging. Lalu aku arahkan kontolku ke pepek bu eka, lalu ku genjot lagi… ohhh… oh… o… h.h.h.h.hh… h.hhhhh… h… hhhhhhh… hhhhh… yeahhhhh oouu… yesssss… ooohhhhh… yeahhhhh… saat aku sudah mulai bosan ku cabut kontolku lalu ku arah kan ke buritnya “sakit ngga… ” laluku jawab “paling dikit bu… ” aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit lalu bu eka berkakta “ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa… ” laluku kentot lagi pepeknya tapisekarang beda waktu aku memeasukkan kontolku ke dalam, baru sedikit saja sudah di telan oleh pepeknya. Ternyata pepek bu eka mirip dengan lumpur hidup. aku mengarahkan kontolku lagi ahhh… ahhh… ahhh… ahh… oooouuuhh… yeah… ou… ou… ohhhhhh… dan saat sekitar 15 kali goyangan ku bu eka melepaskan kontolku “aku mau keluar… ” lalu ku jawab “aku juga bu… , kita keluarin di dalem aja buu… ” “iya deeh jawabnya… ” lalu kumasukkan lagi kontol ku kali ini aku menusukknya kuatkuat. aaahhhh… ahhhh… aaaahhhhhh. ooooouuuuuuhhh… saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam pepeknya crroooot… crootttt… aku mendengar kata-katanya “nikmat sekali… ” Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan kontolku di dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping…

Rabu, 29 Oktober 2014

CERITA PORNO MENIDURI ISTRI ORANG

 cerita porno cerita bokep cerita panas terbaru menceritakan tentang meniduri istri orang
Sebut saja namanya “Sidar” (nama samaran). Dia adalah seorang wanita bersuku campuran. Bapaknya berasal dari kota Menado dan Ibunya dari kota Makassar. Bapaknya adalah seorang polisi berpangkat Serma, sedang ibunya adalah pengusaha kayu. Baca Juga Kumpulan Cerita Sex Terbaru
Cerita Dewasa | Cerita Ngentot Istri Teman Kuliahku

Singkat cerita, ketika hari pertama aku ketemu dengan teman kuliahku itu, rasanya kami langsung akrab karena memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur bersama di rumah kostku di kota Bone. Bahkan seringkali dia mentraktirku.

“Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu mengingap barang sehari atau dua hari di rumahku?” katanya padaku sambil merangkulku dengan erat sekali. Nama teman kuliahku itu adalah “Nasir”.

“Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa ketemu di tempat ini. Mungkin inilah namanya nasib baik, karena aku sama sekali tidak menduga kalau kamu tinggal di kota Makassar ini” jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral Makassar, tepatnya di tempat jualan cakar.

“Ayo kita ke rumah dulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku” ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumahnya, Nasir terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku turun. Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai dua. Lantai bawah digunakan sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya.

“Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar” katanya sambil menunjukkan tumpukan beras dan ruangan kantornya.

“Wah cukup hebat kamu Sir. Usahamu cukup lemayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku” kataku padanya.

“Dar, Dar, inilah teman kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya” teriak Nasir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.

“Sidar”, kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil ia tersenyum ramah dan manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan.

“Anis”, kataku pula sambil membalas senyumannya.

Nampaknya Sidar ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm serta berambut agak panjang. Tangannya terasa hangat dan halus sekali. Setelah selesai menyambutku, Sidar lalu mempersilakanku duduk dan ia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di dalam. Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan Sidar di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Sidar di atas meja yang ada di depan kami.

“Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya” ajakan Sidar menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan bau farfumnya yang harum itu. Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir bisa mendapatkan istri seperti Sidar ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak bisa ke mana-mana

“Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu pikiranmu?” kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak.

“Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini. Kenapa bisa terjadi yah,” alasanku.

Sidar hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tapi sesekali ia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya.

“Sekarang giliranmu Nis cerita tentang perjalanan hidupmu bersama istri setelah sejak tadi hanya aku yang bicara. Silahkan saja cerita panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kesibukan di luar. Lagi pula anggaplah hari ini adalah hari keistimewaan kita yang perlu dirayakan bersama. Bukankah begitu Dar..?” kata Nasir seolah cari dukungan dari istrinya dan waktunya siap digunakan khusus untukku.

“Ok, kalau gitu aku akan utarakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku, yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan rumah tangga kalian” ucapanku sambil memperbaiki dudukku di atas kursi empuk itu.

“Maaf jika terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini justru karena dipicu oleh problem rumah tanggaku. Aku selalu cekcok dan bertengkar dengan istriku gara-gara aku kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak dan mempu menghidupi keluargaku. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan rumah guna mencari pekerjaan di kota ini. Eh.. Belum aku temukan pekerjaan, tiba-tiba kita ketemu tadi setelah dua hari aku ke sana ke mari. Mungkin pertemuan kita ini ada hikmahnya. Semoga saja pertemuan kita ini merupakan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan rumahtanggaku” Kisahku secara jujur pada Nasir dan istrinya.

Mendengar kisah sedihku itu, Nasir dan istrinya tak mampu berkomentar dan nampak ikut sedih, bahkan kami semua terdiam sejenak. Lalu secara serentak mulut Nasir dan istrinya terbuka dan seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mereka saling menatap dan menutup kembali mulutnya seolah mereka saling mengharap untuk memulai, namun malah mereka ketawa terbahak, yang membuatku heran dan memaksa juga ketawa.

“Begini Nis, mungkin pertemuan kita ini benar ada hikmahnya, sebab kebetulan sekali kami butuh teman seperti kamu di rumah ini. Kami khan belum dikaruniai seorang anak, sehingga kami selalu kesepian. Apalagi jika aku ke luar kota misalnya ke Bone, maka istriku terpaksa sendirian di rumah meskipun sekali-kali ia memanggil kemanakannya untuk menemani selama aku tidak ada, tapi aku tetap menghawatirkannya. Untuk itu, jika tidak memberatkan, aku inginkan kamu tinggal bersamaku. Anggaplah kamu sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala keperluan sehari-harimu, aku coba menanggung sesuai kemampuanku” kata Nasir bersungguh-sungguh yang sesekali diiyakan oleh istrinya.

“Maaf kawan, aku tidak mau merepotkan dan membebanimu. Biarlah aku cari

Postingan Lama